Sumber: Kompas.

Saat tak ada yang peduli pendidikan bagi suku Hoaulu, Joris Lilimau tampil berperan. Ia mengenalkan sekolah bagi suku yang tinggal di kawasan hutan Taman Nasional Manusela, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, itu.

Jumat (30/4) pukul 06.30 waktu setempat, masih terluang waktu satu jam sebelum pelajaran di Sekolah Dasar Kecil Hoaulu dimulai. Namun, para murid sudah datang dan duduk di kelas. Saat sang guru datang, 30 murid di dua kelas itu mengikuti kegiatan belajar-mengajar, tanpa seorang pun berani mengobrol. (more…)

Sumber: Kompas.

Awalnya Baharuddin Sanian tengah mencari kemungkinan kerabatnya yang hilang atau meninggal akibat gempa dan gelombang tsunami. Sesampai di Banda Aceh, di antara ribuan mayat korban bencana dahsyat itu, ia termangu melihat tumpukan sampah berbagai jenis, dari besi hingga plastik.

Saat sampah mulai dibersihkan, Baharuddin heran. Tak banyak orang mau memunguti sampah plastik. Pemulung tak banyak yang mau mengambil sampah plastik. ”Mungkin karena nilainya rendah, sampah plastik tak banyak yang mengambil. Berbeda dengan besi yang harganya mahal kalau dijual kembali,” katanya. (more…)

Sumber: Kompas

Masril Koto adalah pendobrak kebekuan fungsi intermediasi industri perbankan di bidang pertanian. Bersama sejumlah rekannya, petani yang tak tamat sekolah dasar itu mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani di Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 2007.

LKMA Prima Tani di Nagari Koto Tinggi itu menjadi cikal bakal program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) nasional. Kini, lebih dari 300 unit LKMA telah berdiri di seantero Sumbar atas dorongannya. (more…)

Sumber: Kompas

Berawal dari tekad mencegah kepunahan kambing gembrong (termasuk ”Capra aegragrus”), Suprio Guntoro berhasil membuka cakrawala tentang metode peternakan dan pertanian yang lestari. Hasil penelitiannya tentang probiotik hewan ruminansia atau memamah biak telah memberdayakan sekaligus menjadi tumpuan ribuan peternak dan petani di Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.

Bali menyajikan fenomena subtil sekaligus ironis. Di satu sisi pariwisata diagungkan meski secara fisik mengorbankan sebagian alamnya. Lahan subur pertanian disesaki hotel dan vila. Kaum muda tenggelam dalam bisnis pariwisata, meninggalkan pertanian. (more…)

Sumber: Kompas.

Dua tahun lalu Beni menjadi korban pemutusan hubungan kerja massal. Ia lalu mencoba beternak lele. Ketika tengah menguras kolam untuk panen, Beni dan rekannya menemukan tumpukan tulang ikan dan ayam, sisa pakan lele, tiba-tiba muncul ide di kepalanya. Tulang belulang yang sering kali dianggap orang tak berharga itu, mereka ubah menjadi ”sepeda onthel”, ”naga”, ”motor besar”, sampai ”becak”.

Kerajinan dengan bahan baku tulang belulang pula yang membuat laki-laki bernama lengkap Beni Tri Bawono ini mengikuti berbagai pameran kerajinan, di antaranya di Yogyakarta dan Jakarta.

Dalam berbagai pameran itu, miniatur sepeda onthel, monster, sepeda motor gede atau moge seperti Harley Davidson, becak, dan kapal layar diberi harga sekitar Rp 1 juta. Adapun kerajinan berbentuk naga yang panjangnya lebih dari satu meter ditawarkan sekitar Rp 10 juta. Harga yang relatif tinggi, menurut Beni, merupakan bagian dari penghargaan atas kreativitas mencipta. (more…)

Sumber: Kompas.

Jika banyak seniman kontemporer menikmati hidup di tengah kota besar, dia minggir dan tinggal di kampung. Ketika para pelukis gencar mengangkat budaya urban seraya berpameran dari galeri ke galeri, dia berkelana di desa-desa demi memberdayakan rakyat miskin lewat kesenian. Saat sebagian seniman makin makmur dan berjarak dari kehidupan nyata, dia masih setia pada komunitas desanya.

Dialah Moelyono (52), seniman yang memilih tinggal di Desa Winong, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur. Dia bergabung dalam kehidupan masyarakat desa, mengajak mereka berkesenian, dan mengungkapkan masalahnya lewat bahasa rupa. Bersama komunitas itu, kemudian dia berusaha mendorong penyadaran, kebebasan berpikir, daya kritis, dan kemandirian. (more…)

Sumber: Kompas.

Rekor penonton seni kentrung pecah tahun 2008, saat Mochammad Samsuri manggung tunggal di pentas Demak Art Festival di Tembiring, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Ketika itu ribuan penonton asyik menyimak gaya Samsuri bertutur tentang Syaridin alias Sheikh Jangkung. Alkisah, Sheikh Jangkung lahir di Desa Landoh, Tayu, Pati. Sheikh Jangkung diperkirakan hidup semasa Sunan Muria atau Raden Umar Said menjadi penyebar agama Islam. Dia punya karomah yang disegani pada zamannya. Dia menyebarkan Islam hingga ke Sumatera.

Atas partisipasi menggelar seni tutur di Demak Art Festival 2008, Samsuri memperoleh penghargaan sebagai pelestari kebudayaan, terutama sebagai tokoh kentrung. Samsuri menjadi satu-satunya seniman kentrung yang bertahan di pantai utara-timur Jawa Tengah, meskipun dia sudah uzur. (more…)

Sumber: Kompas.

Ketika biaya perawatan dokter dan rumah sakit semakin membubung tinggi, tidak ada yang berubah dari sosok Lo Siaw Ging, seorang dokter di Kota Solo, Jawa Tengah. Dia tetap merawat dan mengobati pasien tanpa menetapkan tarif, bahkan sebagian besar pasiennya justru tidak pernah dimintai bayaran.

Maka, tak heran kalau pasien-pasien Lo Siaw Ging tidak hanya warga Solo, tetapi juga mereka yang berasal dari Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Boyolali, dan Wonogiri. Usianya yang sudah menjelang 75 tahun tak membuat pria itu menghentikan kesibukannya memeriksa para pasien.

Dokter Lo, panggilannya, setiap hari tetap melayani puluhan pasien yang datang ke tempatnya praktik sekaligus rumah tinggalnya di Jalan Jagalan 27, Kelurahan Jebres, Kota Solo. Mayoritas pasien Lo adalah keluarga tak mampu secara ekonomi. Mereka itu, jangankan membayar ongkos periksa, untuk menebus resep dokter Lo pun sering kali tak sanggup. (more…)

Sumber: Kompas.

Siang hari itu Alimun memperlihatkan buah-buah kakao dari kebunnya di Desa Bobo, Kecamatan Palolo, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Dengan bangga ia menunjukkan buah-buah kakao yang rata-rata sebesar buah pepaya lokal.

Buah kakao itu ada yang berwarna kuning, ada yang merah tua. Semuanya tampak segar. Ini jauh berbeda dibandingkan dengan buah kakao biasa yang kecil dan kulit buahnya mengerut. Perbandingannya, bila 1 kilogram kakao lokal berisi 25 buah, kakao dari kebun Alimun 10-16 buah.

Buah-buah kakao di kebunnya adalah hasil sambung samping dan persilangan antara bibit kakao lokal dan bibit asal Jember dan dari beberapa daerah lain. Persilangan dan sambung samping dilakukan sendiri oleh Alimun.

Ada dua alasan mengapa ia bersemangat menerapkan sistem sambung samping pada tanamannya. Pertama, akibat serangan hama penggerek buah yang sudah bertahun-tahun menyerang tanaman kakao petani setempat dan hampir semua petani kakao di Sulteng. Hasilnya, selain mendapat batang dan buah baru dari pohon yang sama, hama penggerek buah juga sedikit demi sedikit teratasi. (more…)

Sumber: Kompas.

Tiap kali angin musim barat dan angin musim timur berembus, wilayah pesisir pantai Rembang, Jawa Tengah, selalu bergejolak. Nelayan tidak melaut, tambak-tambak rusak, dan sejumlah permukiman diempas gelombang pasang.

Peristiwa itu terjadi sejak 48 tahun silam. Waktu itu, warga pesisir pantai membabat habis mangrove untuk tambak bandeng. Hal serupa terjadi pada era 1990-an tatkala budidaya udang windu merebak. Warga kembali menebangi mangrove untuk memperluas tambak. Tak heran jika keberadaan mangrove di pesisir sepanjang 60 kilometer itu sangat minim.

Dari enam kecamatan yang masuk kawasan pesisir, sabuk hijau mangrove hanya terpusat di tiga desa dalam tiga kecamatan. Wilayah itu adalah Desa Tungulsari (Kecamatan Kaliori), Desa Pasar Bangi (Kecamatan Rembang), dan Desa Dasun (Kecamatan Lasem). Di tiga daerah itulah warga pesisir dapat tidur nyenyak. Gelombang pasang tak lagi segarang dulu. Para petani garam dan petambak pun dapat bekerja dengan tenang. (more…)